Psikoterapi
yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis
mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau
sederhananya: jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau
“mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan
terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Dalam Oxford English Dictionary (dalam Gunarsa, 2007) perkataan
“psychotherapy” tidak tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang
di artikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan
teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Menurut semiun (2006) Psikoterapi adalah
suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan
prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah
laku, pikiran, dan persaan pasien supaya membantu pasien dalam mengatasi
tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau
berkembang sebagai seorang individu.
Tujuan
psikoterapi menurut Supratiknya (1999) adalah menolong individu meninggalkan
benteng-benteng atau topeng-topeng pertahan diri dan belajar mengakui atau
menerima pengalaman-pengalaman sejati mereka, belajar mengembangkan berbagai
bentuk kompetensi yang diperlukan, dan menemukan nilai-nilai hidup. Dengan kata
lain, individu ditolong mengembangkan kemampuan untuk membuat pilihan dan
keputusan secara tepat dan benar, tumbuh dan mencapai pemenuhan diri.
Tujuan psikoterapi
menurut Korchin (dalam Sunderberg, 2007)
1.
memperkuat motivasi klien untuk
-melakukan hal yang benar
2.
mengurangi tekanan emosional
3.
mengembangkan potensi klien
4.
mengubah kebiasaan
5.
memodifikasi struktur kognisi
6.
memperoleh pengetahuan tentang diri
7.
mengembangkan kemampuan berkomunikasi
& hubungan interpersonal
8.
meningkatkan kemampuan mengambil
keputusan
9.
mengubah kondisi fisik
10.
mengubah kesadaran diri
11.
mengubah lingkungan sosial
unsur-unsur psikologi menurut
Masserman ada delapan parameter pengaruh dasar yang mencangkup unsur-unsur
lazom pada semua jenis psikoterapi.
a.
Peran social
b.
Hubungan (Persekutuan tarapeutik)
c.
Hak
d.
Retrospeksi
e.
Reduksi
f. Rehabilitisi,
memperbaiki gangguan perilaku berat
g.
Resosialisasi
h.
Rekapitulasi
Perbedaan Psikoterapi
dan Konseling menurut Corsin (dalam Lubis, 2005)
Persamaan :
-
dasar : teori,
metode & data ilmiah yang telah dikaji secara empirik (observasi,
wawancara, test, teori2)
-
teknik2 ilmiah
: pembicaraan, latihan2
-
aturan :
biaya, waktu, tempat, alat2,
Perbedaan
Konseling
|
Psikoterapi
|
< intensif
|
> intensif
|
preventif
|
Kuratif / reapartif
|
Fokus : edukasi, vocational,
perkembangan
|
Fokus : remedial
|
Setting : sekolah, industri, social
work,
|
Setting : rumah sakit, klinik, praktek
pribadi,
|
Jumlah intervensi <
|
Jumlah intervensi >
|
supportive
|
rekonstructive
|
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
|
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
|
Short term
|
Long term
|
Pendekatan Terhadap Mental Illness
Tahap-tahap psikoterapi :
1.
Wawancara awal
-
dikemukakan apa yang akan terjadi selama
terapi berlangsung, aturan2, yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari
klien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan,
dll)
-
akan diketahui apa yang menjadi masalah
klien – rapport, klien menceritakan masalah (ada komitmen untuk mengkomunikasikan),
terapis & klien bekerjasama
2.
Proses terapi
-
mengkaji pengalaman klien, hubungan terapis
& klien, pengenalan – penjelasan – pengartian perasaan & pengalaman
klien
3.
Pengertian ke tindakan
-
terapis bersama klien mengkaji &
mendiskusikan apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung,
penngetahuan klien akan aplikasinya nanti di perilaku & kehidupan
sehari-hari
4.
Mengakhiri terapi
-
terapi dapat berakhir jika tujuan telah
tercapai, klien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong
kliennya (merujuk ke ahli lain)
-
beberapa pertemuan sebelum terapi
berakhir klien diberitahu à
klien disiapkan untuk menjadi lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti
Bentuk-bentuk
utama dari terapi
Psikoterapi
menurut Phares (1992) dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yakni menurut taraf
kedalamannya, dan menurut tujuannya. Menurut kedalamannya dibedakan psikoterapi
suportif, psikoterapi reeducative, dan psikoterapi reconstruktive.
1.
Terapi Supportive
Tujuannya memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan psikologis, dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar . alasan penghindaran karena kalau di bongkar ketidaksadarannya, klien ini kemungkinan akan menjadi lebih parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya. Contohnya mengatasi trauma kekerasan dengan tujuan merubah prilaku yang biasanya dilakukan.
Tujuannya memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan psikologis, dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar . alasan penghindaran karena kalau di bongkar ketidaksadarannya, klien ini kemungkinan akan menjadi lebih parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya. Contohnya mengatasi trauma kekerasan dengan tujuan merubah prilaku yang biasanya dilakukan.
2.
Psikoterapi Reeducative
Psikoterapi reeducative bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Di sini terapis tidak hanya memberi dukungan, tetapi juga mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali, agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis di sini tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis redukatif ini biasanya terjadi dalam konseling.
Psikoterapi reeducative bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Di sini terapis tidak hanya memberi dukungan, tetapi juga mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali, agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis di sini tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis redukatif ini biasanya terjadi dalam konseling.
3.
Reconstructive
Bertujuan untuk mengubah seluruh kepribadian pasien atau klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tidak sadar, dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya langsung intensif dalam waktu yang sangat lama. Pendekatan psikoanalisis dimaksudkan menimbulkan pemahaman pada klien tentang masalah-masalahnya, kemudian mendobrak untuk melakukan pemahaman selanjutnya dan meningkatkan pengendalian ego atas desakan id dan superego.
Bertujuan untuk mengubah seluruh kepribadian pasien atau klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tidak sadar, dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya langsung intensif dalam waktu yang sangat lama. Pendekatan psikoanalisis dimaksudkan menimbulkan pemahaman pada klien tentang masalah-masalahnya, kemudian mendobrak untuk melakukan pemahaman selanjutnya dan meningkatkan pengendalian ego atas desakan id dan superego.
sumber:
Gunarsa, Singgih D.
2007. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta
: Gunung Mulia.
Semiun Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta :
Kanisius.
Supratiknya, A. 1999. Mengenal Perilaku Abormal. Yogyakarta :
Kanisius
Sunderberg,
Norman D. Winnebarger, Allen A. Taplin, Julian R. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Ardani,
Tristiadi Ardi. Rahayu, Iin Tri. Sholichatun, Yulia. 2007. Psikologi Klinis.Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Lubis
DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara
Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai Penerbit FKUI, 2005: 10-12
Slamet I.S. Suprapti
& Sumarmo M. 2008. Pengantar
Psikologi Klinis. Jakarta : UI-Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar