Jumat, 12 April 2013

Konsep Manusia Berdasarkan Aliran Psikoanalisa, Behavioristik, Humanistik


 1)      Aliran psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan freud secara lengkap adalah sebagai berikut:
-          Kesadaran dan ketidaksadaran: Berpendapat bahwa kehidupan psikis terdiri dari kesadaran (the conscious) dan ketidaksadaran (the uncoscious). Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak. Jadi kesadaran itu merupakan bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es di bawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia. Menurut Freud ada bagian lain yang disebut prasadar (preconscious). Dalam preconscious stimulus-stimulus belum direpres, sehingga dapat dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran.
-          Selanjutnya Freud mempunyai pandangan bahwa kepribadian teridiri dai Id, Ego, Superego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadan Id mengandung isnting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan stratisfacation dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ego disebut prinsip realitas (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedabkan Superego merupakan prinsip inoral (morality principle), yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

2)      Aliran behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.

3)      Aliran humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psokologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi humanistik memandang behaviorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangka dalam bukunya “motivation and personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhirarki, meliputi:
  • Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
  • Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)
  • Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
  • Kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)
  • Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualizacation needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)      Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistis.
c)      Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)     Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton,1998). Swlain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy (walgito, B 2002 : 80).

Sumber :
 Basuki, Heru A.M (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
 psikologi (2010). Jurnal Online Kajian Psikologi. from http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/aliran-behaviorisme.htm, 12 april 2013