Jumat, 26 September 2014

SISTEM IFORMASI PSIKOLOGI (S.I.P)


SISTEM
       Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Sistem merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata, dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objek yang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlah komponen dari sistem tersebut. 
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Pengertian lain dari sistem adalah kumpulan beberapa elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Selain definisi di atas, beberapa ahli juga mencoba mendefinisiskan sistem. Berikut definisi sistem menurut para ahli:
a. L. James Havery
    Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
b. C.W. Churchman
    Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
c. Murdick dan Ross
    Sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan bersama. 
d. Kamus Webster’s Unbriged 
    Elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi. 
e. Scott (1996) 
    Sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input) , pengolahan (processing) serta keluaran(output), dan ciri pokok sistem menurut Gapspert ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.
Dari beberapa definisi sistem menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan elemen-elemen yang didalamnya terdapat suatu interaksi dan mempunyai tujuan bersama.

Karakteristik Sistem
1. Komponen/Elemen
    Komponen dari suatu sistem dikenal sebagai subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2. Batasan (Boundary)
    Daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau
dengan lingkungan luarnya.
3. Lingkungan luar (Environment)
     Segala sesuatu diluar dari batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem
4. Penghubung sistem (Interface)
   Suatu media yang menghubungkan antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya. Media tersebut antara lain adalah Input atau masukan sistem yang berupa instruksi, data transaksi atau data non transaksi. Selain Input ada juga Output atau keluaran sistem yaitu hasil pemrosesan, dapat berupa keluaran berguna (informasi/produk) dan keluaran yang tidak berguna (limbah). Namun pada sistem informasi Output dapat berupa informasi, saran atau cetakan laporan.
5. Masukan sistem (input)
  Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran sistem (Output)
    Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem.
7. Pengolah sistem (Process)
   Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.
8. Sasaran Sistem
    Suatu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu sistem

Klasifikasi Sistem
1. Sistem Abstrak
    Suatu pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Contoh:  Sistem Teologi.
2.  Sistem Fisik
    Sistem yang tampak secara fisik. Contoh : Sistem komputer, Sistem Operasi dsb
3. Sistem Alamiah
    Sistem yang terjadi karena proses alam, bukan buatan manusia .    
    Contoh :Sistem perputaran   bumi, sistem pencernaan
4. Sistem Buatan
    Sistem yang dirancang oleh manusia. Contoh : Sistem informasi
5. Sistem Deterministik
    Sistem yang beroperasi dengan tingkah laku dan sudah dapat diprediksi. 
Contoh : Sistem komputer
6. Sistem Probalistik
   Sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.           Contoh : sistem sosial, sistem politik dsb.
7. Sistem Tertutup
    Sistem yang tidak berhubungan dan tidak berpengaruh dengan lingkungan luarnya
8.  Sistem Terbuka
    Sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luar

INFORMASI
   Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion (1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti garis besar, konsep atau ide-ide. Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Sumber informasi adalah data. Informasi diperoleh setelah data-data mentah diproses atau diolah.
Selain definisi di atas, beberapa ahli juga mencoba mendefinisiskan informasi. Berikut definisi sistem menurut para ahli:
1. Raymon McLeod (1995)
   Informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya. Alat pengolah informasi dapat meliputi elemen computer, elemen non komputer atau kombinasinya.
2. Abdul Kadir
     Informasi merupakan data yang telah proses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan orang yang menggunakan data tersebut.
3. Jogiyanto HM
   Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
4. Joner Hasugian
    Informasi adalah sebuah konsep yang universal dalam jumlah muatan yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkupnya masing-masing dan terekam pada sejumlah  media.
5. Kenneth C. Laudon
     Informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.

Kriteria Informasi
1. Akurat
2. Relevan
3. Tepat waktu
4. Ekonomis
5. Efisien
6. Dapat dipercaya

Fungsi Informasi
    Untuk mengurangi ketidakpastian didalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Selain itu, informasi juga berguna untuk memberikan suatu dasar kemungkinan untuk menanggapi seleksi kepada pengambilan keputusan. Fungsi informasi tidak mengarahkan pengambilan keputusan mengenai apa yang harus dilakukan, tetapi mengurangi keanekaragaman dan ketidakpastian untuk mengambil suatu keputusan yang baik (Moekijat,1991).

PSIKOLOGI
    Psikologi berasal dari perkataan Yunani yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Dengan singkat di sebut ilmu jiwa. Beberapa ahli juga mendifinisikan psikologi sebagai berikut:
1. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13
   Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Richard Mayer
    Psikologi merupakan analisis mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.
3. Wilhem Wundt & E.B Titchener
   Psikologi adalah pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling), dan kehendak.
4. Allport
    Psikologi adalah satu upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain secara aktual, dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung.
Dari penjelasan psikologi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang maha kompleks itu. Itulah sebabnya sehingga sangat sukar adanya satu rumusan pengertian psikologi yang disepakati oleh semua pihak.
Aliran-aliran psikologi :
1. Struktualisme
    Tokoh : Wilhelm Wundt. 
Tujuan dari aliran ini adalah untuk menemukan unit-unit atau elemen-elemen yang membangun pikiran. Metode yang membangun pikiran yang digunakan oleh ahli aliran ini untuk menemukan unit-unit dasar dari pikiran adalah instropeksi.
2. Fungsionalisme
    Tokoh : John Dewey (1873–1954). 
Aliran ini menyatakan bahwa pikiran dan perilaku itu adaptive, yang berarti manusia dapat menyesuaikan lingkungan yang berubah. Itu berarti ahli psikologi dalam aliran ini mempelajari fungsi pikiran dan perilaku.
3. Psikoanalisis
    Tokoh : Sigmund Freud (1856-1938) . 
Aliran ini mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan merupakan hasil dari keinginan atau dorongan yang alam tidak sadar (unconscious).
4. Psikologi gestalt
    Tokoh : Max Wertheirmer (1880 – 1943). 
Aliran ini menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Menekankan pada fenomenologis dalam aktifitas mental namun tetap empiris.
5. Behaviorisme
   Tokoh : John B. Watson (1879-1958). 
Aliran ini menekankan pada respon-respon yang dikondisikan serta menekankan pada perilaku yang dipelajari dibandingkan dengan perilaku yang tidak dipelajari.

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
    Sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan penguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan. Contoh dari sistem informasi psikologi yang berbasis komputer adalah situs theinkblot.com. Pada situs ini, terdapat penyajian tes Rorschach online. 
Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. jika digabungkan, sistem informasi psikologi mencangkup : Hardware, Software, People, Procedurs , Data dan manusia. Hardware dan software sebagai mesin sedangkan prosedur dan manusia sebagai pelaku, Dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Sistem informasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi.
Penggunaan sistem informasi dalam psikologi dimungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang masih bisa dikelola dengan sentuhan komputerisasi. Misalnya penggunaan tes psikologi secara virtual, penggunaan teknologi eye-tracking dan yang terbaru adalah teknologi virtual reality yang memungkinkan seseorang untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gangguan psikologis seperti ADHD, PTSD dan beragam fobia.
Sumber :

Minggu, 08 Juni 2014

Hubungan Interpersonal & Cinta dan Perkawinan

nama: Kurnia Amanda
kelas : 2PA12
npm : 14511038
h
1.       Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
a.       Model-model Hubungan Interpersonal
1. Model pertukaran sosial (social exchange model) Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model) Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people play model) Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
4. Model Interaksional (interacsional model) Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan
b.      Memulai Hubungan
Pembentukkan Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Menurut Charles R. Berger, tahap ini dikelompokkan kedalam tujuh kategori, yaitu : 
1. Informasi dan demografis
2. Sikap dan pendapat
3. Rencana yang akan datang
4. Kepribadian
5. Perilaku pada masa lalu
6. Orang lain
7. Hobi dan minat

c. Hubungan Peran

Model Peran
Terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
 Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

 Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.

Konflik

Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).

Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam


d. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Hubungan intim merupakan sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain. Intimasi juga adalah salah satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim daripadahubungan pribadi yang lain. Adapun beberapa bentuk hubungan intim, yaitu sebagai berikut :
1. Persaudaraan
2. Persahabatan
3. Percintaan

e. Intimasi dan Pertumbuhan
Hal yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta. Dan keintiman tidak akan tumbuh jika tidak ada cinta. Namun banyak respon alami kita adalah menolak untuk terbuka terhadap pasangan karena beberapa hal, yakni :
1. Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita secara utuh.
2. Tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
3. Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4. Kita dibentuk menjadi seseorang yang berkepribadian tertutup

2.       Cinta dan Perkawinan

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
a.       Memilih Pasangan
Tentu semua orang ingin menikah satu kali selama hidupnya, agar keinginan ini terwujud perlulah seseorang itu memilah milih pasangan,agar suatu saat jika ada masalah yang bisa mengakibatkan perceraian atau perpisahan bisa dihindari. Mau lihat tips memilih pasangan hidup? Simak beberapa pemaparan kami :
1. Rajin Beribadah
Ini hal yang penting bagi masa depan keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa? Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan kepada tuhan. Anak, akan terbimbing dengan baik. Baik ibu dan bapak sama-sama memiliki peran dalam pengajaran agama yang baik dikeluarga. Agar anak ini akan menjadi generasi yang tentuny bisa membanggakan kedua orang tuanya kelak. Jadi ini salah satu yang harus diperhatikan.

2. Tidak Matrealis
Sebenarnya Matre itu wajar, karena memang hidup dijaman sekarang yang apa-apa susah didapat menjadi kriteria yang penting. Terutama bagi seorang wanita. Mengapa ? bagaimana bisa seorang istri tampil cantik, bila suaminya tidak pernah membelikan istrinya sebuah alat rias. Dan ia pasti akan berfikir untuk masa depan anaknya nanti, jika sang calon suami tidak memiliki penghasilan. Bagaimana ia bisa merawat anak dengan baik. Tapi, tentu saja matre yang kami definisikan tadi adalah yang positif. Bukan Matre yang memfoya-foyakan uang dengan hal tidak berguna. Jika pasangan anda suka memfoya-foyakan uang dan sedikit-sedikit minta uang, anda bisa mundur untuk tidak memilihnya sebagai pasangan hidup.

3.Sehat Jasmani maupun Rohani
Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal. Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.

4. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia
Mana ada orang yang suka dibohongi. Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat pusing sama pasangan anda kelak. Pasangan yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun.
Kehidupan rumah tangga yang harmonis tentu menjadi idaman banyak pasangan. Tapi tentu saja tidak ada yang sempurna dalam suatu hubungan. Tingal anda saja memilih sikap. Agar anda tidak memunculkan pertengkaran yang berakhir dengan perceraian

5. Pasangan Yang Selalu Mensuport anda
Cari pasangan yang sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, sebab. Itulah gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri. Tanpa adanya saling suport. Hubungan suami dan istri pasti akan renggang dan bisa saja perceraian terjadi. Karena merasa saling tidak cocok.

b.      Hubungan Dalam Perkawinan
Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti.  Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.

Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya

Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.

Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

Tahap kelima:  Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

c.       Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.

d.      Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa memintapemerintah untuk dipisahkan
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
-          Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
-          Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
-          Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
-          Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
-          Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

e.      Alternative Selain Pernikahan

Hidup sendiri (single life) merupakan salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan akan timbul sehingga mau tidak mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.
1.       Faktor-Faktor Keinginan Hidup Sendiri
Sebagian orang menempuh cara hidup ini karena didasari oleh beberapa faktor yaitu (a) masalah ideologi atau panggilan agama, (b) trauma perceraian, (c) tidak memperoleh jodoh, misalnya ingin hidup sendiri (menjanda, atau menduda dan tidak mau menikah lagi). Dengan hidup sendiri, seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang dilakukan tanpa memperoleh gangguan dari pihak lain.
Segi Positif Negatif Hidup Sendiri
Setiap keputusan yang diambil oleh setiap orang tentu akan mengandung nilai positif dan negatif, termasuk keputusan untuk menjalani kehidupan sendiri. Santrock (1999) mengungkapkan segi-segi untung rugi kehidupan sendiri, seperti dibawah ini.
a.      Segi positif Hidup Sendiri
Memperoleh nilai kebebasan. Individu merasa dapat menikmati kebebasan melakukan berbagai aktivitas tanpa ada yang mengganggunya. Apabila ia melakukan suatu aktivitas perjalanan sampai jarak jauh dan menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang mengusiknya. Selain itu dengan hidup sendiri seseorang secara bebas akan dapat mengembangkan diri demi peningkatan hidup masa depan.
Kemandirian dalam pengambilan keputusan. Individu benar-benar merasakan kehidupan privasi. Ia dapat mengatur program kegiatan yang disukai dan menghindari kegiatan yang tidak disukainya tanpa harus mempertimbangkan keputusan atau usulan orang lain.
b.      Segi-segi Negatif Hidup Sendiri

Rabu, 21 Mei 2014

Analisis Transaksional

KELAS : 3PA08
KELOMPOK 5 
- ADE MAHESA (18511628) 
 http://ademahesa12.blogspot.com/
- DINI KUSUMANINGRUM (12511159) : http://dinikdini.blogspot.com/
- FELIK ASLAM POHAN (12511802) : http://celotehnyafelik.blogspot.com/
- KURNIA AMANDA (14511038) : http://kurniaamanda.blogspot.com/


A.     Pengantar
       Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi ini lebih cocok digunakan untuk terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-Behavior dan berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
     Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Teori Berne menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti yang dipelajari dengan mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabaian, dan ciri khas. Karena sifat operasional AT dengan kontraknya, taraf perubahan klien bisa dibentuk.

B.      Perwakilan-perwakilan Ego
       AT  adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak.
       Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne dengan exteropsyche adalah prototype yang dtampilkan seseorang seperti layaknya bokap nyokap. Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik, mengomand, melarang, mencegah atau memerintah.
       Kondisi ego orang dewasa (D) atau neopsyche adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis. Status ego ini sering disebut komplek. Karena bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan hasil pemrosesan informasi dari data dan fakta lapangan.
       Kondisi ego anak (A) atau  archaeopsyche merupakan keadaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif, dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas dari pengaruh rang lain.

C.      Tujuan Analisis Transaksional
       Tujuan dasar Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-piutusan diri mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
       Harris (dalam Corey, 2013) melihat tujuan AT untuk membantu individu agar “memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respon-respon terhadapt stimulus-stimulus yang lazim maupun yang baru”. Pemulihan “kebebasan untuk mengubah” itu berlandasakan pengetahuan tentang ego orang tua dan ego anak serta tentang bagaimana kedua ego itu memasuki transaksi-transaksi terepeutik. Pada dasarnya menyertakan pembebasan ego orang dewasa dari pencemaran dan pengaruh-pengaruh merusak yang dihasilkan oleh ego orang tua dan ego anak. Sebagaimana di nyatakan oleh Harris (dalam Corey, 2013), tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan metode tritmen adalah membebaskan ego orang dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru di atas dan seberang pengaruh-pengaruh masa lampau yang membatasi. Menurut Harris, tujuan terapeutik itu dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego orang tua, orang dewasa, dan ego anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari, mengenali, dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi dalam kelompok.
       Berne (dalam Corey, 2013) menyatakan bahwa tujuan utama AT adalah pencapaian otonomi yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik, yaitu kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

D.     Skenario-skenario Kehidupan dan Posisi-posisi Psikologis Dasar
       Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaimana kita pada usia dini. Pesan-pesan verbal dan non verbal orang tua mengomunikasikan bagaimana mereka melihat kita dan bagaimana kita merasakan diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang (perasaan OK) atau perasaan sebagai orang yang kalah (perasaan tidak OK).
       Berkaitan dengan konsep-konsep skenario kehidupan, pesan-pesan dan perintah-perintah orang tua, serta putusan-putusan dini itu adalah konsep dalam AT tentang empat posisi dasar dalam hidup, yaitu:

(1)   “saya OK - kamu OK”
      Posisi yang sehat adalah posisi dengan perasaan sebagai pemenang atau posisi saya OK – kamu OK. Dalam posisi ini, dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka.
(2)   “saya OK - kamu tidak OK”
      Saya OK – kamu tidak OK adalah posisi orang-orang yang memproyeksikan masalah-masalahnya kepada orang lain dan mempersalahkan orang lain. Ia adalah posisi yang arogan yang menjauhkan seseorang dari orang lain dan mempertahankan seseorang dalam penyingkiran diri.
(3)   “saya tidak OK - kamu OK”
      Saya tidak OK - kamu OK adalah posisi orang yang mengalami depresi, yang merasa tak kuasa dibanding dengan orang lain dan yang cenderung menarik diri atau lebih suka memenuhi keinginan orang lain ketimbang keinginan sendiri.
(4)   “saya tidak OK - kamu tidak OK”
      Saya tidak OK – kamu tidak OK adalah posisi orang-orang yang menyingkirkan semua harapan yang kehilangan minat hidup dan melihat hidup sebagai  tidak mengandung harapan.

Masing-masing posisi itu berlandaskan putusan-putusan yang dibuat orang sebagai hasil dari pengalaman dini dimasa kanak-kanak. Jika seseorang telah membuat suatu putusan, maka dia pada umumnya akan bertahan pada putusannya itu kecuali jika ada campur tangan (terapi atau kejadian tertentu) yang mengubahnya.

E.      Prosedur-Prosedur Terapeutik
       Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama pada terapi Gestalt, memiliki prosedu-prosedur yang mengasikan yang dikawinkan antara analisis transaksional dan terapi gestalt. James dan jongeward dalam (Corey, 2013) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses AT dengan eksperimen-eksperimen gestalt. Dengan pendekatan hubungan itu, ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadarn diri dan otonomi.
       Sisa bagian ini disediakan bagi uraian ringkas tentang proses-proses, prosedur-prosedur, dan teknik-teknik yang umum digunakan dalam prakteknanalisis transaksional. Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT ini bisa diterapkan pada terapi individual maupun pada terapi kelompok. Meskipun bisa dijalankan secara efektif diatas landasa pribadi ke pribadi, kelompok adalah wahana yang terpenting bagi perubahan pendidikan dari terapeutik dari terapi AT.
1.      Analisis Struktural
      Analisis struktural adalah alat yang dapat membantu klienb agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya. Para klien AT belajar bagaimana mengenalimketiga perwakilan egonya itu. Analisis struktural membantu klien dalam merubah pola-pola dirasakan menghambat. Ia juga membantu klien dalam menemukan perwakilan ego yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan penemuannya itu klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.
2.      Analisis Transaksional
      Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas analisi yang dilakukan dan dikatakan oleh orang0orang terhadap satu sama lain. Apapun yang terjadi, orang-orang melibatkan suatu transaksi diatara perwakilan-perwakilan ego mereka. ketika pesan-pesan disampaikan, diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transakis yaitu, komplementer, menyilang, dan terselubung. Transaksi komplementer terjadi apabila suatu pesan disampaikan oleh suatu perwakilan seseorang memperoleh respon yang diprakirakan dari perwakilan ego seseorang lainnya. Sebagai contoh adalah transaksi anak-anak nyang suka bermain. Transaksi menyilang terjadi apabila respon yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan oleh seseorang yang harus berperilaku tidak sesuai dengan umurnya. Transaksi terselubng yang merupakan suatu transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego terlbiat serta seseorang menyampaikan kesan terselubung kepada seseorang yang lainnya.
3.      Kursi Kosong
      Kursi kosong adalah suatu prosedur yang sesuai analisis struktural. Bagaimana kursi kosong itu dijalankan? Umpamanya seorang klien mengalami kesulitan dalam menghadapi boss-nya (ego orang tua). Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk di sebuah kursi dihadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan peran-peran perwakilan-perwakilan egonya. Klien tidak hanya mempertajam kesadarannya, dalam kasus ini ego orang tuanya, tetapi juga kedua ego lainnya (anak dan orang dewasa) yang biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dalam hubungannya dengan keadaan yang dibayangkan. Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh fokus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan.
4.      Permainan Peran
Prosedur-prosedur AT juga bisa digabungkan dengan teknik-teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi-situasi permainan peran bisa melibatkan para anggota lain. Seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi seorang anggota lainnya, dan ia berbicara kepada anggota tersebut. Para anggota yang lain pun bisa menjalankan permainan peran serupa dan boleh mencobanya diluar pertemuan terapi. Bentuk permainan lainnya adalah permainan yang menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tua yang konstan, ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok.
5.      Analisis Sekenario
      Analisis sekenario adalah bagian dari proses terapeutik yang memungkinkan pola hidup yang diikuti oleh hidup individu bisa dikenali. Analisis sekenario bisa menunjukan kepda individu prose yang dijalaninnya dalam memperoleh sekenario dan cara-caranya membenarkan tindakan-tindakan yang tertera pada sekenario. Ketika menjadi sadar atas sekenario kehidupannya, orang siap untuk melakukan sesuatu untuk menuba pemperograman. Orang tindak menelantarkan dirinya sebagai korban dari pembentukan sekenario karena melalui kekerasan, dia menghadapi kemungkina untuk memutuskan ulang. Analisis sekenario membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasan-perasan untuk membenarkan tindakan tertentu yang dilaksanakan menurut plot sekenario.


F.       Contoh Kasus Analisis Transaksional

KASUS 1

Hasta adalah anak yang patuh dan penurut kepada orangtuanya. Baginya, orangtua adalah orang yang selalu dihormati dan ditaati. Sejak kecil, Hasta memang selalu diarahkan orangtuanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Harus yang ini, harus yang itu, dsb. Dia jarang sekali dibiarkan membuat pilihannya sendiri. Hal itu juga terjadi dalam pemilihan arah pendidikan. Dari TK hingga SMA, semua ditentukan oleh orangtua. Tidak ada yang dipilih sendiri oleh Hasta. Dia selalu menurut saja. Orangtuanya ingin Hasta menjadi seorang dokter. Hasta merasa tidak ingin jadi dokter tapi dia tidak mau dan tidak bisa melawan keinginan orangtua. Dia merasa tidak memiliki kekuatan atas jalan hidupnya sendiri. Hasta menurut saja jika dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter dengan les tambahan di bimbingan belajar, baik klasikal maupun privat. Kemudian Hasta berhasil diterima di Jurusan Kedokteran Umum. Orangtuanya senang sekali, merasa telah sukses mengarahkan anaknya. Tapi Hasta tidak nyaman dengan hal tersebut. Sebenarnya dia ingin belajar sastra.Hasta pernah sekali mengungkapkan keinginannya itu. Tapi orangtua tidak mau tahu dan selalu melarang Hasta belajar sastra. Menurut Hasta, orangtuanya berpikir bahwa pilihan terbaik adalah apa yang diputuskan oleh orangtua, bukan Hasta yang hanya seorang anak. Hasta menjalani kuliah di kedokteran dengan tidak semangat dan tertekan. Dia merasa bukan ini yang ingin dilakukan. Dia ingin sekali keluar dari jurusan kedokteran. Akibatnya, pada semester pertama, nilainya sudah jeblok. Orangtua hanya bisa marah-marah , menyuruh Hasta serius kuliah, tidak memikirkan hal lain, apalagi sastra. Karena hal itu, Hasta semakin merasa tertekan dan stres. Dia ingin memiliki kekuasaan atas pilihan jalan hidupnya sendiri, tapi tak sanggup melawan ego orangtua.

KASUS 2

Ego State Therapy For Children

Mengapa saya jatuh cinta dengan Ego State Therapy ? Karena teknik ini sangat SIMPEL dan POWERFUL dimana teknik ini dapat dilakukan tanpa induksi samasekali. Nama tekniknya adalah Resistance Bridging. Teknik ini diciptakan khusus bagi orang yang tidak ingin dihipnosis karena ga mau dibuat mainan seperti yang sering dilihat di televisi. Bahkan alumni saya yang sudah berjalan sekitar 25 angkatan mengatakan bahwa teknik ini ternyata mudah sekali, terutama bagi mereka yang pernah belajar hypnosis, teknik ini membantu mereka memahami lebih mudah khususnya dalam melakukan terapi. Dalam satu pelatihan Ego State Therapy saya, ada satu kasus menarik dimana yang menjadi contoh kasus adalah seorang anak kelas 6 SD. Anak ini merasa takut berada di tempat gelap karena masih sukam dibayang-bayangi film horor “The SAW”. Film ini didapat dari temannya. Lalu saya menggunakan teknik ego state therapy dengan menggunakan kursi yang dikenal dengan nama empty chair. Anak tersebut tertarik dengan semua film kartun. Dan salah satu favorit dia adalah Doraemon. Lalu saya memakai doraemon ini sebagai salah satu ego statenya atau introject. kemudian saya menanyakan kepada dia, dilambangkan siapa si rasa takutnya tersebut. Dia sebut nobita. Dan kita bermain-main dengan menggunakan Nobita dan doraemon. Anak tersebut saat memerankan doraemon, dia memberikan pil berani, baju terang, helm motivasi serta komputer pemrogram otak. Dan walhasil saat sudah dilakukan play therapy kesembuhannya langsung terlihat. Peserta juga happy karena play therapy benar-benar fun banget.

KASUS 3

Contoh kasus penerapan analisis transaksional di sekolah

Banyak laporan, terutama dari praktioner (penganut) AT, bahwa AT berhasil dengan memuaskan. Banyak klien yang telah disembuhkan dengan cara ini, serta “decak kagum “ pun dialamatkan pada temuan Berne ini. Terbentuknya perhimpunan AT, ITAA, dan terbitnya jurnal AT membuktikan bahwa AT sebagai suatu pendekatan yang sudah besar dan berkembang luas dikalangan ahli terapi.

Persoalan sekarang, apakah keberhasilan AT ini dapat pula diterapkan disekolah, terutama di sekolah kita Indonesia yang berlandaskan filsafat Pancasila? Persoalan ini tidaklah sederhana. Keterampilan AT pada klinik Psikologi boleh jadi cocok atau boleh jadi tidak. Penerapan yang tepat meminta uji coba yang cukup matang.

Secara rasional, keberhasilan AT di klinik-klinik Psikoterapi mungkin sekali kita rekrut ke sekolah. Malah kita lebih optimis lagi, karena dapat mengamati langsung perubahan klien di luar ruangan konseling. Betapa tidak, titik sentral dari analisisnya terletak pada transaksi. Selama klien masih berada di sekolah, selama itu pula kita dapat menganalisis transaksinya baik dengan temannya atau gurunya.

Lebih optimis lagi, bahwa AT dapat berhasil bila digunakan sebagai penyuluh kelompok. Karena orang yang sehat kreteria AT adalah yang punya perasaan bebas untuk menentukan pilihannya. Transaksi yang digunakan adalah terciptanya transaksi antar status ego Dewasa. Kemungkinan tumbuh dan berkembang transaksi antar ego Dewasa ini lebih besar dengan teman sebaya. Jadi kondisi ini memungkinkan konselor menerapkan AT sebagai penyuluh kelompok di sekolah.

Kondisi sekolah yang menunjang penerapan AT sebagai pendekatan penyuluhan kelompok ini, justru sebaliknya bagi penyuluh individual. Harapan agar komunikasi atau transaksi antara konselor – klien dapat terbentuk transaksi antara ego state dewasa-dewasa, justru sulit terbina. Karena adanya jarak antara Konselor dengan Klien. Jarak itu adalah faktor usia. Konselor lebih cenderung jauh lebih tua dari klien yang siswa ( 12 – 15 untuk SMTP, 15 – 19 tahun untuk SMTA). Karena itu transaksi yang mungkin sering muncul adalah antara ego state Dewasa (Konselor) – Anak-anak (Pada siswa).

Kondisi ini ditopang oleh faktor budaya kita. Indonesia sebagai bangsa yang berlandaskan pada Pancasila bukanlah negara yang berfaham Liberal. Adat dan sopan santun ketimuran selalu melengket pada masyarakat Indonesia. Cara berbicara dengan orang yang sama besar atau lebih kecil tidak sama dengan cara berbicara dengan orang yang dihormati dan atau lebih besar. Pada beberapa daerah, bahasa yang digunakanpun juga berbeda, lebih halus dan lembut. Karena itu, keberhasilan AT pada masyarakat Amerika yang egaliter belim tentu bisa sama dengan masyarakat kita.



SUMBER :

Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT. Refika Aditama
Gunarsa, Sanggih. 2007. Konseling dan Terapi. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia