1)
PENYESUAIAN DIRI & PERTUMBUHAN
A.
PENGERTIAN PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian diri dapat
didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri,
dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur,
2003:526).
Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009:191).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009:191).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
KEMATANGAN
EMOSIONAL, YANG MENCAKUP ASPEK-ASPEK :
1. Kemantapan
suasana kehidupan emosional
2. Kemantapan
suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
3. Kemampuan
untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
4. Sikap
dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri
KEMATANGAN
INTELEKTUAL, YANG MENCAKUP ASPEK-ASPEK :
1. Kemampuan
mencapai wawasan diri sendiri
2. Kemampuan
memahami orang lain dan keragamannya
3. Kemampuan
mengambil keputusan
4. Keterbukaan
dalam mengenal lingkungan
KEMATANGAN SOSIAL, YANG
MENCAKUP ASPEK-ASPEK :
1. Keterlibatan
dalam partisipasi sosial
2. Kesediaan
kerjasama
3. Kemampuan
kepemimpinan
4. Sikap
toleransi
TANGGUNG JAWAB, YANG
MENCAKUP ASPEK-ASPEK :
1.
Sikap produktif dalam mengembangkan diri
2.
Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
3.Sikap
empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
4.
Kesadaran akan etika dan hidup jujur
a. Bentuk-bentuk
Penyesuaian Diri
Menurut Gunarsa (dalam
Sobur, 2003:529) bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua antara lain:
1. ADAPTIVE
Bentuk penyesuaian diri
yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri
ini bersifat badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah
usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau dirasakan terlalu
panas.
2. ADJUSTIVE
Bentuk penyesuaian diri
yang lain bersifat psikis, artinya penyesuaian diri tingkah laku terhadap
lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma.
Misalnya, jika kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita
karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita
dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda
ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
b. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain (Enung dalam Nofiana, 2010:17):
Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
·
Faktor Psikologis. Banyak faktor
psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain pengalaman,
aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.
c. Karakteristik
Penyesuaian Diri
Menurut Enung (dalam
Nofiana, 2010:17) karakteristik penyesuaian diri antara lain:
-
Tidak menunjukkan adanya ketegangan
emosional yang berlebihan. Mampu mengontrol emosi dan memiliki kesabaran dalam
menghadapi berbagai kejadian dalam hidup
-
Tidak menunjukkan adanya mekanisme
pertahanan diri yang salah. Mempunyai mekanisme pertahanan diri yang positif
sehingga masalah yang dihadapi terasa ringan.
-
Tidak menunjukkan adanya frustasi
pribadi. Tidak mengalami frustasi dan gejala-gejala kelainan jiwa.
-
Memiliki pertimbangan yang rasional.
Langkah apapun yang ingin ditempuh, selalu berdasarkan pemikiran yang rasional
-
Mampu belajar dari pengalaman.
Pengalaman hidup dapat menempa mentalnya menjadi lebih kuat dan tahan banting.
-
Bersikap realistik dan objektif. Melihat
berbagai kejadian atau masalah didasarkan pada realita dan pemikiran objektif
B. PERTUMBUHAN PERSONAL
Definisi
pertumbuhan personal ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses sutau
kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh
lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnnya keadaan
jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang
berkesinambungan.
Pada
dasarnya setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau
kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan
keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan
kepribadian.
1. Penekanan
Pertumbuhan Diri
Penekanan Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
2. Variasi
dalam Pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
3. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
4. Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
(Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers,
yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan
sedikit perubahan dari
Coleman
dan Hammen)
2)
STRESS
A.
Arti Penting Stress
Stres adalah satu kata
yang familiar bagi Anda bukan?. Tapi jika Anda bertanya kepada selusin orang
untuk mendefinisikan stres, atau menjelaskan apa yang menyebabkan stres bagi
mereka, atau bagaimana stres mempengaruhi mereka, Anda mungkin akan mendapatkan
12 jawaban yang berbeda untuk masing-masing permintaan. Alasan untuk ini
adalah bahwa tidak ada satu definisi stres yang semua orang setuju , apa yang
dirasakan sebagai stres bagi satu orang mungkin malah menyenangkan atau
memiliki sedikit saja efek pada orang lain, kita semua bereaksi terhadap
penyebab stres yang berbeda.
Istilah The “Stress” ,
diciptakan dan digunakan oleh Hans Selye pada tahun 1936, yang didefinisikan
sebagai “respon non-spesifik dari tubuh untuk setiap permintaan perubahan”.
Stres bukanlah istilah
yang berguna bagi para ilmuwan karena adalah suatu fenomena yang sangat
subjektif yang menentang definisi itu. Dan jika Anda tidak dapat
menentukan stres, bagaimana mungkin Anda mengukurnya?
Pada saat itu telah
diyakini bahwa sebagian besar penyakit disebabkan oleh patogen khusus, namun
berbeda, misalnya : Tuberkulosis disebabkan basil tuberkulum, anthrax oleh
basil anthrax, sifilis oleh spirochete, dll. Namun Apa yang diusulkan
Selye adalah sebaliknya, yaitu bahwa berbagai penghinaan (yang menyebabkan
stress) dapat menyebabkan penyakit yang sama, tidak hanya pada hewan, tetapi
pada manusia juga .
Teori Selye’s menarik
perhatian dan stres segera menjadi kata kunci populer yang benar-benar
diabaikan oleh definisi asli Selye’s. Beberapa orang menggunakan stres untuk
merujuk ke bos yang sombong atau buruk atau situasi yang tidak menyenangkan
lain dimana mereka menjadi sasaran. Bagi banyak orang, stres adalah reaksi
mereka terhadap kondisi dalam bentuk nyeri dada, mulas, sakit kepala atau palpitasi.
Selain itu stres juga digunakan untuk merujuk kepada apa yang mereka
anggap sebagai hasil akhir berulang dari tanggapan keadaan seperti bisul
atau serangan jantung. Banyak ilmuwan mengeluh tentang kebingungan ini dan
satu dokter menyimpulkan dalam isu 1951 dari British Medical Journal bahwa,
“Stres adalah selain itu sendiri, juga penyebab itu sendiri, dan hasil itu
sendiri.”
Selye berhasil berjuang
seumur hidupnya untuk menemukan definisi yang memuaskan dari stres. Stres,
dia didefinisikan ulang sebagai “Tingkat keausan pada tubuh”. Ini
sebenarnya adalah gambaran yang cukup baik untuk penuaan biologis sehingga
tidak mengherankan bahwa stres yang terus meningkat bisa mempercepat banyak
aspek dari proses penuaan. Dalam tahun-tahun berikutnya, ketika diminta
untuk mendefinisikan stres, dia mengatakan kepada wartawan, “Semua orang tahu
apa yang dimaksud stres, tapi tidak ada yang benar-benar tahu.”
Stres sepertinya pernah
dialami oleh siapapun. Entah yang tua ataupun yang muda, entah yang miskin atau
yang kaya. Bahkan seorang bayi kecil yang ingin keluar dari rahim ibunya pun
mengalami stres untuk pertama kali sebelum ia bertemu dengan dunia. Ia berjuang
keras untuk dapat keluar dari rahim ibunya. Lansia juga dapat mengalami stres.
Seorang nenek dapat mengalami stres karena ajalnya yang semakin mendekat.
Seorang pengusaha muda dapat mengalami stres jika melihat indeks saham yang
berubah-ubah sepanjang waktu. Remaja wanita juga mengalami stres jika datang
bulan. Hal ini membuktikan bahwa stres memang sudah menjadi bagian hidup dari
manusia. Stres tidak dapat Anda dihindari. Oleh karena itu, Anda-lah yang
seharusnya mengkontrol stres yang datang di kehidupan Anda.
a)
Stres yang negatif disebut distress
Stres
dapat berarti suatu hal yang menekan kita. Stres juga dapat diartikan sebagai
reaksi tubuh kepada lingkungan melalui meningkatnya tekanan internal tubuh dan
tegangan antara otot tubuh. Stres yang terjadi dalam durasi yang lama dapat
mendatangkan penyakit dalam tubuh. Selain penyakit, stres juga dapat mencuri
kebahagiaan yang Anda miliki dalam hidup ini. Apabila Anda menjalani hidup
dengan ketidakbahagiaan, tentunya hidup akan terasa lebih sulit. Stres
seringkali dikenal sebagai sesuatu yang mesti dihindari, karena membuat
seseorang merasa tidak nyaman. Stres seringkali dianggap mendatangkan hal yang
bersifat negatif.
b)
Stres yang positif disebut eustress
Eustress atau
stres yang positif adalah stres yang menyebabkan Anda beradaptasi dan
meningkatkan kemampuan adaptasi Anda. Eustress juga dapat
memperingati Anda jika kemampuan dalam mengangani stres sudah tidak mencukupi
sehingga dapat meningkatkan kemampuan coping . Intinya,eustress menantang
Anda untuk hidup lebih baik lagi.
B.
Gejala Efek Stres
Pernahkah Anda merasa
badan tiba-tiba berkeringat dingin, lidah menjadi kelu, serta jantung
berdebar-debar saat melakukan presentasi di depan banyak orang. Mungkin
ketiga tanda tersebut merupakan stres yang Anda alami. Untuk dapat menangani
stres secara lebih baik, perlu mengenali reaksi terhadap stres, sehingga
dapat memilih coping strategies mana yang dapat Anda lakukan.
Setdaknya ada 50 gejala
yang merupakan efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok , yakni fisik,
kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
Gejala stres yang dapat
dilihat melalui efek pada fisik, antara lain adalah gagap dalam berbicara
(sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran,
muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan
tidur.
Secara kognitif, efek
stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya
pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta
hilangnya kontrol pada diri sendiri.
Sedangkan secara emosi,
reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah,
depresi, penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa
percaya diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
Dilihat dari tingkah
laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous
laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan
peningkatan nafsu makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman
beralkohol, serta munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti
mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.
C.
Penyebab Stress
Penyebab stres
(stressor) anda dapat datang dari sudut kehidupan manapun. Kejadian kecil dalam
hidup anda pun dapat menjadi sumber stres yang membuat hidup anda hancur.
Masalah yang muncul sebenarnya sebenarnya bersifat netral, anda-lah yang
memegang peranan untuk mengubahnya menjadi hal yang bersifat positif atau
negatif.
Dari aspek
bioecological (lingkungan), sumber stres dibagi menjadi empat bagian, yaitu
time and body rhythms, eating and drinking habits, noise polution, dan
climate and altitude.
time and body rhythms, Biasanya
terjadi akibat jet lag. Bagi yang sering bepergian ke luar negeri yang memiliki
jeda waktu yang berbeda dengan Indonesia dan kelelahan berjam-jam naik pesawat
bisa menjadi sumber stres. Bagi para wanita, hormonal time juga dapat
membuat stres. Misalnya pada saat sebelum dan saat menstruasi, serta saat
menghadapi menopause. Wanita menjadi lebih sensitif serta mudah tersinggung.
eating & drinking
habits. Ada sebagian orang yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi), tetapi
ada juga beberapa orang yang mengalami overnutrisi. Hal lain yang dapat menjadi
sumber stres adalah terlalu banyak mengkonsumsi junk food, kopi, teh, drugs,
serta alkohol. Pengkonsumsian makanan yang berbahaya kadang membuat stres
bagi banyak orang karena dapat menimbulkan penyakit pada diri mereka.
noise polution.
Gangguan suara seringkali terjadi pada anda yang tinggal di kota-kota besar.
Disana aktivitas perkantoran, perindustrian serta kemacetan lalu lintas
seringkali menimbulkan suara yang bising. Suara ini seringkali mengganggu
konsentrasi kita dalam mengerjakan sesuatu dan membuat stres bagi kebanyakan
orang. Bagi orang-orang yang menyukai suasana tenang, noise polution dapat
menjadi salah satu penyebab stres utama dalam kehidupannya.
climate & altitude.
Stres in terjadi biasanya karena adanya perubahan iklim. Misalnya bagi anda
yang senang mendaki gunung, seringkali pergantian cuaca yang ekstrim dapat
menimbulkan hyperthermia. Bagi anda yang senang bepergian ke negara-negara
bagian Barat, seringkali suhu udara yang dingin membuat kita tidak nyaman akan
diri kita sendiri.
Selain dari aspek
bioekologi, stressor dapat muncul dari pekerjaan. Seseorang dapat mengalami stres
pada pekerjaan yang berasal dari organisasi itu sendiri, lingkungan pekerjaan,
faktor biologis pada lingkungan pekerjaan, serta kelelahan pribadi. Anda tentu
dapat mengalami stres jika memperoleh gaji yang tidak sesuai dengan kemampuan
anda, entah gaji kecil atau besar. Selain itu, jam kerja yang rutin juga dapat
menimbulkan kebosanan bagi beberapa orang sehingga menimbulkan stres jika tidak
diatasi dengan baik.
Sedangkan dari
aspek psikososial, Perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita,
dapat menjadi salah satu sumber stres. Misalnya ketika kita masuk kuliah pada
hari yang pertama, pindah rumah, menikah, melahirkan seorang anak, dsb,
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita dan dapat
mengakibatkan stres.
Remaja juga memiliki
sumber stres mereka sendiri. Keadaan keluarga, tuntutan dari lingkungan
sekitar, persahabatan, masalah self-esteem, sampai masalah percintaan dapat
menimbulkan stres di kalangan remaja.
D.
Cara Mengatasi Stres
Secara umum, terdapat
dua cara untuk mengatasi stres , yaitu problem focus dan emotion
focus
Problem focus, adalah
cara mengatasi stres dengan memfokuskan diri pada masalah atau sumber stres .
Cara ini dapat di lakukan jika masalah yang dialami bersifat controllable.
Contohnya, anda mengalami kesulitan dalam mengikuti suatu mata kuliah tertentu.
Anda juga khawatir apabila mata kuliah ini akan menurunkan indeks prestasi.
Maka hal yang dapat anda lakukan (berdasarkan problem focus) adalah tidak
mengikuti dan membatalkan mata kuliah tersebut.
Cara yang kedua adalah emotion
focus, dimana mengatasi stres dengan cara memfokuskan diri dengan emosi yang
dialami. Cara ini biasanya dilakukan ketika menghadapi masalah yang bersifat
uncontrollable (tidak dapat dikontrol). Contohnya ketika merasa stres
akibat kehilangan saudara karena bencana tsunami, hal yang dapat dilakukan
misalnya berdoa agar diberikan kekuatan oleh Tuhan dalam menghadapi masalah
ini.
Kedua cara tersebut,
problem atau emotion focus, sebenarnya tidak ada yang lebih baik. Cara tersebut
dapat anda lakukan tergantung pada masalah apa yang dialami.
E. Symptom reducing responses
terhadap stress
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
F. Pendekatan “problem solving”
terhadap stress
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.
Sumber
:
Lazarus,
A. A. 2006. Learning theory and the
treatment of depression. Behavior research and therapy. Jakarta
Kartini
Kartono. 2002. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta