nama: Kurnia Amanda
kelas : 2PA12
npm : 14511038
h
1. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
a. Model-model Hubungan Interpersonal
1. Model pertukaran sosial (social exchange model) Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model) Hubungan interpersonal diartikan sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang
dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai
ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki
ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang
tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan.
Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people play model) Model menggunakan
pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam
berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian
dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian
orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima
dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian
orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
• Kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada
interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain
membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai
contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri
(kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian
orang tua).
4. Model Interaksional (interacsional model) Model ini memandang
hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat
struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model
pertukaran, peranan dan permainan
b. Memulai Hubungan
Pembentukkan Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Menurut
Charles R. Berger, tahap ini dikelompokkan kedalam tujuh kategori, yaitu :
1.
Informasi dan demografis
2.
Sikap dan pendapat
3.
Rencana yang akan datang
4.
Kepribadian
5.
Perilaku pada masa lalu
6.
Orang lain
7.
Hobi dan minat
c. Hubungan Peran
Model Peran
Terdapat
empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan
perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran mendukung sustau
situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran
pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok
peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan
nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta
didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang
lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam
d. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Hubungan intim merupakan sebuah ikatan emosional antara dua individu
yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain. Intimasi juga adalah salah
satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim daripadahubungan
pribadi yang lain. Adapun beberapa bentuk hubungan intim, yaitu sebagai berikut
:
1.
Persaudaraan
2.
Persahabatan
3.
Percintaan
e. Intimasi dan Pertumbuhan
Hal yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta. Dan keintiman
tidak akan tumbuh jika tidak ada cinta. Namun banyak respon alami kita adalah
menolak untuk terbuka terhadap pasangan karena beberapa hal, yakni :
1.
Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita secara utuh.
2.
Tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
3.
Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4.
Kita dibentuk menjadi seseorang yang berkepribadian tertutup
2.
Cinta
dan Perkawinan
Cinta itu semakin dicari, maka
semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan
keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang
berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun
yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat
diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
a. Memilih Pasangan
Tentu semua
orang ingin menikah satu kali selama hidupnya, agar keinginan ini terwujud
perlulah seseorang itu memilah milih pasangan,agar suatu saat jika ada masalah
yang bisa mengakibatkan perceraian atau perpisahan bisa dihindari. Mau lihat
tips memilih pasangan hidup? Simak beberapa pemaparan kami :
1. Rajin Beribadah
Ini hal yang penting bagi masa depan
keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa?
Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan
kepada tuhan. Anak, akan terbimbing dengan baik. Baik ibu dan bapak sama-sama
memiliki peran dalam pengajaran agama yang baik dikeluarga. Agar anak ini akan
menjadi generasi yang tentuny bisa membanggakan kedua orang tuanya kelak. Jadi
ini salah satu yang harus diperhatikan.
2. Tidak Matrealis
Sebenarnya Matre itu wajar, karena
memang hidup dijaman sekarang yang apa-apa susah didapat menjadi kriteria yang
penting. Terutama bagi seorang wanita. Mengapa ? bagaimana bisa seorang istri
tampil cantik, bila suaminya tidak pernah membelikan istrinya sebuah alat rias.
Dan ia pasti akan berfikir untuk masa depan anaknya nanti, jika sang calon
suami tidak memiliki penghasilan. Bagaimana ia bisa merawat anak dengan baik.
Tapi, tentu saja matre yang kami definisikan tadi adalah yang positif. Bukan
Matre yang memfoya-foyakan uang dengan hal tidak berguna. Jika pasangan anda
suka memfoya-foyakan uang dan sedikit-sedikit minta uang, anda bisa mundur
untuk tidak memilihnya sebagai pasangan hidup.
3.Sehat Jasmani maupun Rohani
Pilihlah yang dari segi fisik dan
mental / jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah,
gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika
anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan
pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah
ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal.
Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.
4. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia
Mana ada orang yang suka dibohongi.
Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong
untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat
pusing sama pasangan anda kelak. Pasangan yang setia pada anda akan selalu
mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi
dan dalam kondisi apa pun.
Kehidupan rumah tangga yang harmonis
tentu menjadi idaman banyak pasangan. Tapi tentu saja tidak ada yang sempurna
dalam suatu hubungan. Tingal anda saja memilih sikap. Agar anda tidak
memunculkan pertengkaran yang berakhir dengan perceraian
5. Pasangan Yang Selalu Mensuport anda
Cari pasangan yang sealu membantu
anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan
diri anda, sebab. Itulah gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri.
Tanpa adanya saling suport. Hubungan suami dan istri pasti akan renggang dan
bisa saja perceraian terjadi. Karena merasa saling tidak cocok.
b. Hubungan Dalam Perkawinan
Simak dulu
pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage
and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa
berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu
tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki
patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri,
yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui
tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
c. Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam
hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam
sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam
sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya
perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang
dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
d. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah
indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui
masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus
bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan.
Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa memintapemerintah untuk
dipisahkan
Faktor penyebab perceraian antara
lain adalah sebagai berikut :
- Ketidakharmonisan
dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah
alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan
bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain,
krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain,
istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang
lebih mendetail.
- Krisis
moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam
rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral
dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun
istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan
perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk,
berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
- Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang
dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan
seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
- Pernikahan
tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap
dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah
bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk
mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus
merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk
mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
- Adanya
masalah-masalah dalam perkawinan
Menikah kembali setelah
perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena
orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
e. Alternative Selain Pernikahan
Hidup sendiri (single life) merupakan salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan akan timbul sehingga mau tidak mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.
1. Faktor-Faktor
Keinginan Hidup Sendiri
Sebagian orang menempuh cara
hidup ini karena didasari oleh beberapa faktor yaitu (a) masalah ideologi atau
panggilan agama, (b) trauma perceraian, (c) tidak memperoleh jodoh, misalnya
ingin hidup sendiri (menjanda, atau menduda dan tidak mau menikah lagi). Dengan
hidup sendiri, seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang
dilakukan tanpa memperoleh gangguan dari pihak lain.
Segi Positif Negatif Hidup Sendiri
Setiap keputusan yang diambil oleh setiap orang tentu akan
mengandung nilai positif dan negatif, termasuk keputusan untuk menjalani
kehidupan sendiri. Santrock (1999) mengungkapkan segi-segi untung rugi
kehidupan sendiri, seperti dibawah ini.
a. Segi
positif Hidup Sendiri
Memperoleh nilai kebebasan.
Individu merasa dapat menikmati kebebasan melakukan berbagai aktivitas tanpa
ada yang mengganggunya. Apabila ia melakukan suatu aktivitas perjalanan sampai
jarak jauh dan menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang mengusiknya.
Selain itu dengan hidup sendiri seseorang secara bebas akan dapat mengembangkan
diri demi peningkatan hidup masa depan.
Kemandirian dalam pengambilan
keputusan. Individu benar-benar merasakan kehidupan privasi. Ia dapat mengatur
program kegiatan yang disukai dan menghindari kegiatan yang tidak disukainya
tanpa harus mempertimbangkan keputusan atau usulan orang lain.
b. Segi-segi
Negatif Hidup Sendiri
Kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan seksual. Setiap orang yang menginjak masa dewasa muda, baik laki-laki
maupun perempuan, tidak dipungkiri memiliki dorongan biologis yang bersifat
alamiah. Bila ia hidup sendiri, kemungkinan besar seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhan seksual.
Sumber :