KOMUNIKASI
Secara harafiah, komunikasi
berasal dari Bahasa Latin: COMMUNIS yang berarti keadaan yang biasa, membagi.
Dengan kata lain, komunikasi adalah sutu proses di dalam upaya membangun saling
pengertian. Sedangkan menurut HIMSTREET & BATY, Komunikasi adalah suatu
proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa
(lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal, maupun perilaku atau
tindakan.
Komunikasi sebagai proses
saat dimana adanya kegiatan
pengiriman pesan pada satu orang ke orang yg lain. Mulai dari adanya sebuah
informasi lalu ada sender yang memberikan informasi dan adapula receiver yang
mendapatkan informasi nah, ketika informasi itu berjalan mulai dari adanya hal
yang akan disampaikan hingga diterima receiver itulah disebut proses.
Komunikasi sebagai simbolik
simbol disini berarti sebuah tanda
atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan sebuah tanda hasil kreasi
manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi
dengan sesamanya. Dalam pernyataan “kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi
dengan sesamanya” dapat ditelaah kembali bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
adanya simbol itu sendiri yaitu :
• Faktor budaya
• Faktor psikologis
Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receiver nya mempunyai kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya.
• Faktor budaya
• Faktor psikologis
Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receiver nya mempunyai kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya.
Komunikasi sebagai system
sering diartikan sebagai suatu aktifitas
yang saling bergantung dan berinteraksi satu sama lain antara unsur-unsurnya.
Sehingga suatu sistem memiliki sifat menyeluruh, bergantung, berurutan,
mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif, dan memiliki tujuan. Dari segi
bentuknya ada sistem terbuka dan tertutup yang mebedakan adalah sistem terbuka
dimana prosesnya terbuka tergantung pengaruh lingkungan sekitarnya, dan sistem
tertutup prosesnya tertutup dari pengaruh lingkungan luar.
Komunikasi sebagai
multidimensional
• Dimensi isi : lebih menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa pesan. Jadi seperti orang madura berbicara dengan orang jawa pasti bahasa yang mereka gunakan pun juga berbeda disinilah dimensi isi menunjukkan hal tersebut dalam komunikasi.
• Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan.
Asumsi dasar hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan, tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya.
Leadership (kepemimpinan)
kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
1. Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
a) Teori Sifat
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang
Teori x & y ( Douglas
mcgregor)
Teori X menyatakan bahwa sebagian
besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa
tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut
asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
1. Tidak menyukai bekerja
2. Tidak menyukai kemauan dan
ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
3. Mempunyai kemampuan yang
kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.
4. Hanya membutuhkan motivasi
fisiologis dan keamanan saja.
5. Harus diawasi secara ketat
dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.
Untuk menyadari kelemahan dari
asumsi teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang
dinamakan teori Y.
Asumsi teori Y ini
menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya,
tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai
manusia adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu pada
hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang. Keduanya
bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di
antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangka.
2. Manusia dapat mengawasi
diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
3. Kemampuan untuk
berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas
didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4. Motivasi tidak saja
berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri
tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5. Orang-orang dapat
mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara tepat.
Teori sistem 4 Rensis Likert
Gaya kepemimpian yaitu sikap
dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam
gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Sistem 1, otoritatif dan
eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan
memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
Sistem 2, otoritatif dan
benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan
kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas
dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan.
Sistem 3, konsultatif: manajer
menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan
mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan
untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem 4, partisipatif: adalah
sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya
berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan
setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting.
Theory of leadership pattern
choice dari Tamenbaum & Schmidt
Keberhasilan menerapkan
manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya(style) yang
diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan
keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola
perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan
implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon
mulai dari yang sangat otokratik hingga partisipatif.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber
kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada
di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada
pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya
dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau
wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi
dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin
senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di
sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut teori kontinuun ada
tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan. arti
motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang
dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi
dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai
apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda
dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali
disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan
"saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini
bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat
belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan
istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah
alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Teori hierarki
kebutuhan
Teori motivasi yang paling
terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham
Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap dirimanusia terdapat hierarki dari
lima kebutuhan, yaitu
- fisiologis (rasa
lapar, haus, seksual,
dan kebutuhan fisik lainnya),
- rasa aman (rasa ingin dilindungi dari
bahaya fisik dan emosional),
- sosial (rasa kasih sayang,
kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan),
- penghargaan (faktor penghargaan
internal dan eksternal), dan
- aktualisasi diri (pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri)
Teori harapan
Teori harapan adalah
kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut. Menurut Cut
Zurnali (2004) menyatakan bahwa terdapat dua sumber besar yang dapat
mempengaruhi kelakuan individu, yaitu : sumber-sumber harapan yang
berkenaan dengan peranannya antara lain, tuntutan formal dari pihak pekerjaan
yang terperinci dalam tugas yang seharusnya dilakukan. Dan tuntutan informal
yang dituntut oleh kelompok-kelompok yang ditemui individu dalam lingkungan
kerja.
Teori penentuan
tujuan
Teori penentuan tujuan adalah
teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber
motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang
karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus
dikeluarkan.
Seorang teoretisi penguatan
bernama Burrhus Frederic Skinner, menyatakan bahwa untuk memotivasi pekerja
tidaklah perlu-perlu amat mengidentifikasi dan memahami kebutuhan
(teori motivasi pemuasan) atau juga tidak perlu-perlu amat memahami
bagaimana pekerja memilih perilaku guna memenuhi kebutuhan tersebut (teori
motivasi proses). Apa yang manajer perlu untuk lakukan hanyalah memahami
hubungan antara pemberian perilaku tertentu dan akibat-akibat yang
ditimbulaknnya, untuk kemudian merancang suatu kontijensi yang menguatkan
perilaku yang diinginkan dan menghentikan perilaku yang tidak diinginkan, di
mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya jadi
teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu dan
hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan
tindakan.
CONTROLLING
Pengendalian
merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan
tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian
memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang harus dipahami,
bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan
bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakkan dengan disertai pelurusan
(tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang
dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.
Langkah-langkah
dalam controlling
Mockler (1984) membagi
pengawasan dalam 4 langkah yaitu :
1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja
1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja
Standar yang dimaksud adalah
criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih
didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna
memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam
perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan.
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
4. Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
4. Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan
TIPE PENGENDALIAN DALAM
MANAJEMEN
Tipe pengendalian manajemen
dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif (prefentive control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk
program-program.
2. Pengendalian operasional (Operational control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa
anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
1. Pengendalian preventif (prefentive control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk
program-program.
2. Pengendalian operasional (Operational control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa
anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
Strategi
memiliki kaitan yang erat dengan konsep perencanaan dan pengambilan keputusan,
sehingga strategi berkembang menjadi manajemen strategi. Pengertian manajemen
sendiri adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan terhadap upaya-upaya yang dilakukan anggota organisasi dan
penggunaan segala macam sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
Dari
definisi tersebut terdapat empat (4) frasa penting berikut ini:
1. Manajemen strategi merupakan suatu
proses
2. Proses digunakan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan
strategi
strategi
3. Strategi digunakan untuk menyediakan
costumer value terbaik
guna mewujudkan visi organisasi
guna mewujudkan visi organisasi
4. Manajer dan karyawan adalah pelaku
manajemen strategi.
Pengendalian
setidaknya melibatkan beberapa aktivitas yaitu:
- Menentukan
apa yang akan diukur
- Menentukan
standar yang telah ditentukan sebelumnya
- Pengukuran
kinerja
- Membandingkan
hasil pengukuran dengan standar
- Tindakan
koreksi.
Dalam
hal proses pengendalian manajemen ini diperlukan karena dapat dilakukan
perbaikan secara cepat dan tidak harus menunggu sampai satu periode pelaksanaan
strategis selesai, karena itu strategis yang sebelumnya telah ditetapkan
sebenarnya tidak efektif lagi. Terdapat beberapa jenis pengendalian yang perlu
dilakukan yaitu:
- Pengendalian
Asumsi (Premis Control)
- Pengendalian
Implementasi (Implemention Control)
- Pengawasan
Strategis (Strategis Surveillance)
- Pengendalian Peringatan Khusus (Spesial Alert Control)